Perawatan (curing) beton yang baik umumnya menggunakan air bersih. Namun, ketersediaan air bersih itu baik untuk pencampuran maupun untuk perawatan terhambat untuk proyek-proyek konstruksi di wilayah pesisir pantai. Dalam kaitan ini, diadakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode perawatan di laboratorium dengan metode perawatan di lapangan menggunakan air laut.
Penelitian ini dilakukan dengan membuat sampel silinder beton diameter 10 cm dan tinggi 20 cm. Jumlah benda uji masing-masing 20 buah setiap variasi. Perawatan benda uji terbagi atas tiga variasi yaitu metode perawatan perendaman (RE) dengan merendam sampel umur 7 hari dan sampel umur 28 hari, metode perawatan penyiraman (SI) dengan menyiram sampel selama 7 hari, dan metode perawatan compound (CP) dengan melapisi compound (membran) Antisol E125 setelah dibuka dari cetakan, kemudian sampel beton air laut diuji pada umur 7 hari dan 28 hari.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan kuat tekan rata-rata beton air laut pada umur 28 hari pada perawatan perendaman (RE) yaitu sebesar 35,05 MPa, perawatan penyiraman (SI) sebesar 35,15 MPa, dan perawatan compound (CP) sebesar 31,64 MPa. Metode perawatan SI mengalami peningkatan kuat tekan terbesar dari umur 7 hari ke umur 28 hari dibandingkan sampel RE dan CP. Secara umum hasil menunjukkan bahwa metode perawatan laboratorium dengan metode perawatan lapangan pada produksi beton air laut mempunyai perbedaan tetapi tidak terlalu signifikan. Efektivitas metode perawatan lapangan diperoleh pada metode perawatan penyiraman (SI) dibandingkan metode curing compound (CP).