Gangguan merupakan unsur yang akan selalu hadir dalam sistem ketenagalistrikkan. Gangguan dapat menghambat distribusi listrik menuju ke konsumen. Seperti yang terjadi pada tanggal 27 Februari 2013 di area Kendari. Gangguan satu fasa ke tanah terjadi pada jaringan Express Feeeder (2) Gardu Induk (GI) Puwatu – Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Wuawua. Ketika gangguan terjadi, diharapkan relai gangguan tanah berarah bekerja. Relai gangguan tanah berarah merupakan relai arus lebih yang menangani hubung singkat ke tanah dengan ikut mempertimbangkan arah dari gangguan. Namun relai hanya mengalami kondisi Pick Up saja. Akibat gangguan yang tak tertangani ini, sistem Kendari mengalami Under Frequency. Kondisi sistem yang awalnya berjalan secara normal seketika mengalami Black Out. Kegagalan relai untuk bekerja, memunculkan pertanyaan, apakah gangguan yang terjadi belum memenuhi syarat untuk membuat relai bekerja?. Laporan ini membahas tentang analisis terhadap gangguan yang terjadi pada sistem Kendari.
Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan proses rekontruksi gangguan lalu menganalisis hasil yang didapat. Analisis dilakukan terhadap hasil yang berasal dari rekonstruksi maupun yang data rekaman kejadian di lapangan ketika gangguan terjadi, dengan ditunjang oleh teori yang relevan dengan kasus.
Setelah melakukan penelitian, maka diperoleh hasil bahwa waktu gangguan yang sebesar 129,048 milidetik berada di bawah waktu kerja relai yang sebesar 473 milidetik. Sehingga kondisi relai ketika gangguan terjadi, hanya sebatas Pick Up. Sebab sebelum relai mencapai kondisi trip, arus gangguan telah hilang. Meskipun arus gangguan telah melebihan arus setelan dari relai serta arah dari gangguan telah tepat.