Tantangan PT PLN (Persero) yang begitu besar mengharuskan insan PLN untuk terus memacu diri dalam menghadapi besarnya tuntutan masyarakat akan kebutuhan terhadap listrik. Agar pengelolaan dan pengaturan jaringan distribusi tersebut berjalan optimal dan efektif maka PT PLN (Persero) UP2D Makassar menggunakan sistem SCADA (Supervisory Control And Data Acquisiton) secara umum SCADA memiliki berbagai fungsi salah satunya yaitu sebagai Remote Control (RC) atau sistem kendali jarak jauh yang bertujuan untuk mempercepat proses pengoprasian dan pemulihan tenaga listrik. Gagal remote control pada sistem SCADA merupakan salah satu faktor yang menyebabkan ketidakoptimalan kinerja sistem SCADA.
Salah satu penyebab terjadinya gagal remote control (RC) yaitu disebabkan oleh baterai low/rusak, adanya kejadian yang tidak direncanakan sebelumnya yang berakibat ketidaknormalan sistem maka untuk mengetahui kondisi baterai sebelum rusak ditambahkan alat yang dapat memonitor level tegangan baterai serta dilengkapi sistem cut out dimana ketika level baterai dalam kondisi low maka fungsi cut out alat akan bekerja sehingga baterai dapat digunakan lebih lama dan mengurangi dampak gangguan gagal remote control.
Penelitian ini membahas tentang upaya penanganan gagal remote control (RC) pada sistem SCADA di Gardu Hubung PT. PLN (Pesero) UP2D Makassar dengan inovasi rancang bangun monitoring baterai (MONBAT) sistem SCADA dan menghitung rasio kegagalan remote control sistem scada. Berdasarkan hasil Analisa dan pengujian alat monitoring baterai didapatkan gagal remote control pada tahun 2022 sebanyak 234 kali yang dimana rasio kegagalan remote control yang disebabkan oleh baterai sebesar 40,69% atau sebanyak 94 kali dan hasil yang didapat pada saat pengujian Monbat yaitu indikasi High berada di range tegangan 48VDC-55VDC, indikasi Middle berada di range tegangan 45VDC-48VDC, indikasi low berada di range tegangan 39VDC-45VDC dan perintah Cut-Out berada di range tegangan < 39VDC.
Kata kunci : SCADA, Monitoring Baterai, Gagal Remote Control.