Banjir merupakan permasalahan yang cukup umum dapat terjadi di seluruh belahan dunia, termasuk di Indonesia. Permasalahan ini memiliki dua penyebab, yaitu dari manusia dan dari alam. Diperlukan suatu metode yang tepat dalam menangani permasalahan tersebut. Metode ini dilakukan untuk menentukan konfigurasi normalisasi sungai, model skala prioritas, solusi prosedur, serta perencanaan anggaran biaya. Salah satu upaya untuk menangani hal tersebut adalah dengan melakukan analisis hidrolika untuk mengetahui titik-titik yang beresiko terjadi banjir, lalu mengidentifikasi dampak-dampak banjir dan pembagian wilayah berdasarkan tata guna lahan. Selanjutnya dilakukan perhitungan masing-masing nilai prioritas dari setiap alternatif sehingga diketahui wilayah mana yang paling membutuhkan normalisasi sungai. Dalam hal ini, diperlukan analisis skala prioritas dalam mencari solusi atas permasalahan tersebut. Dampak banjir dikategorikan dalam delapan variabel, kemudian alternatif yang dapat dipilih dibagi atas tiga, yaitu Wilayah Hulu, tengah, dan bawah. Metode yang digunakan dalam merumuskan nilai-nilai prioritas yaitu Metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil dari metode analisis tersebut berupa prioritas alternatif yaitu Wilayah Hulu dengan nilai prioritas 0.471 atau 47,1% dari 3 alternatif yang tersedia. Setelah itu, dilakukan perencanaan normalisasi sungai dan penyusunan rencana anggaran biaya (RAB) sebagai tindak lanjut dari skala prioritas tersebut. Didapatkan bahwa solusi normalisasi sungai yang paling tepat adalah dengan membangun tanggul di kedua sisi sungai untuk titik-titik yang memerlukan. Hasil perhitungan RAB memperkirakan penggunaan dana sesuai skala prioritas adalah sebesar Rp180.318.063,00 dari total rencana biaya sebesar Rp1.137.286.000,00.