Indonesia merupakan salah satu negara penghasil ternak unggas yang cukup potensial. Usaha peternakan yang banyak ditekuni seperti ayam, itik dan berbagai jenis unggas lainnya. Hal ini karena lebih mudah penanganannya dan masa produksi tidak terlalu lama.
Namun demikian peternak unggas saat ini mengalami kendala tingginya harga pakan ternak, sedangkan ternak unggas khususnya ayam memerlukan pemberian pakan secara terus menerus dalam jumlah cukup. Penggunaan bahan pakan ternak berkualitas tinggi saat ini sebagian besar masih diimpor dengan harga yang mahal, sebagian lainnya dari Pulau Jawa yang juga dirasakan peternak masih cukup mahal. Sementara pemberian pakan memerlukan pembiayaan sekitar 60 –70 % dari total biaya produksi (Ichwan 2000).
Saat ini kendala utama yang dihadapi para peternak unggas khususnya ternak ayam adalah mahalnya harga pakan ternak, sehingga satu-satunya upaya yang dilakukan bagi peternak dalam rangka menghemat biaya produksi adalah membuat pakan sendiri dengan cara mencampur/mengaduk bahan secara manual dengan menggunakan sekop diaduk bolak-balik hingga rata selama kurang lebih 30 menit dan menghasilkan pakan yang disebut tepung komplit.
Kendala lainnya adalah pembuatan pakan komplit membutuhkan beban kerja yang tinggi, terutama jika ternak ayam yang dipelihara sudah banyak (ribuan ekor), maka sebagian besar waktu peternak dihabiskan untuk membuat pakan.
Pembuatan pakan secara manual juga menghasilkan pakan dengan ukuran yang tidak seragam, sebagian besar hancur. Sedangkan pakan dapat dikatakan berkualitas baik jika mampu memberikan seluruh kebutuhan nutrisi secara tepat, baik jenis jumlah serta keseimbangan nutrisi dalam hal ini berbentuk pellet (Rasyaf: 2001). Karena pemberian pakan dalam bentuk pellet ini akan meningkatkan selera makan ayam, pemborosan pakan akibat tumpah atau terbuang bisa ditekan dan juga setiap butir pellet mengandung nutrisi yang sama sehingga formula pakan menjadi efisien dan ayam tidak mempunyai alternatif untuk memilih-milih makanan yang disukai.
Mesin pembuat pakan ternak sistem pencetakan menggunakan poros ulir penekan yang dibuat sebelumnya (Rizal, 2005) sudah cukup baik, namun masih memiliki kekurangan berupa penggumpalan bahan pakan yang tidak tercetak dibagian ujung silinder pada saat pengoperasian mesin berjalan sekitar 15 menit. Dengan demikian, proses pencetakan pakan ternak terkadang harus terhenti untuk membersihkan silinder pencetak dari gumpalan bahan pakan tersebut. Hal ini disebabkan akumulasi bahan pakan yang tidak tercetak membentuk gumpalan dan semakin mengeras akibat tekanan pencetakan poros ulir sehingga menghambat proses pencetakan secara keseluruhan.
Mesin pencetak pakan pada umumnya menggunakan sistem poros ulir sebagai penekan, dimana bahan pakan yang sudah tercampur dengan baik ditekan melalui poros ulir sampai ke pelat cetak berlubang yang dilengkapi komponen pemotong pada bagian luarnya. Sedangkan penggunaan sistem gaya sentrifugal untuk mengeringkan pakaian seperti pada mesin cuci belum banyak digunakan.