Ilham MZ and Ardiansyah Arsyad and Sabri (2009) Rancang Bangun Mesin Iodisasi Garam Sistem Pengaduk. Diploma thesis, Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Rancang Bangun Mesin Iodisasi Garam Sistem Pengaduk.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only
Download (3MB)
Abstract
Garam beryodium adalah garam yang mengandung zat iodium, dimana pada saat pembuatannya terjadi proses penambahan senyawa iod (Kalium Iodat, KIO3) ke dalam garam. Proses tersebut dinamakan iodidasi garam. Hal ini bertujuan untuk menanggulangi gejala kekurangan zat yodium. Kekurangan zat iod pada manusia dapat menyebabkan penyakit gondok, fisik mental terbelakang, kecerdasan rendah, keseimbangan saraf kurang, dan tuli-bisu.
Berdasarkan pertimbangan teknis dan medis yang sesuai di Indonesia, maka dipilih garam sebagai bahan makanan yang diiodisasi karena mempunyai banyak keuntungan, antara lain lebih aman dan terjamin dikonsumsi, harganya murah, telah teruji efektif sebagai bahan pencampur makanan untuk program jangka panjang, tidak mempunyai rasa, warna, bau, dan dimungkinkan bagi yang sehat serta berdaya guna bagi yang sakit. Berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Aneka Industri tahun 1982, tentang Tata Niaga Garam Beryodium menetapkan bahwa kandungan zat iod dalam garam ditingkat produsen antara 40 – 50 ppm.
Proses pembuatan garam beryodium secara manual yang ada saat ini, dilakukan dengan cara mengaduk bolak-balik setumpuk garam kemudian disemprotkan zat Iod (larutan Kalium Iodat) ke dalam garam tersebut pada konsentrasi tertentu, misalnya konsentrasi 4% dalam jumlah 100 ml untuk kebutuhan 100 kg garam, sehingga akan diperoleh kandungan KIO3 dalam garam tersebut sebesar 40 ppm. Menurut SNI 01-2899-2000, kandungan KIO3 minimal 30 ppm, kandungan NaCl minimal minimal 94,7%, dan kadar air maksimum 7%. Kekurangan yang paling mendasar yang pada proses pembuatan garam beryodium secara manual adalah kualitas pencampuran garam dan zat iod yang tidak merata, beban kerja yang tinggi, serta produksi garam beryodium tidak kontinu, sehingga produktivitas cukup rendah.
Proses pembuatan garam beryodium yang lain adalah dengan menggunakan molen sebagai pengaduk, zat iod disemprotkan secara manual ke dalam molen yang berputar dengan konsentrasi tertentu. Dalam hal ini, molen hanya merupakan wadah pengadukan untuk mengurangi beban kerja. Penggunaan molen sebagai wadah pengadukan garam tidak luput dari masalah, karena komponen molen mudah mengalami karat yang dapat menyebabkan garam beryodium yang dihasilkan tidak higinis.
Mesin pencampur garam dan yodium yang pernah dibuat (Armin, 2005) dengan motor listrik sebagai penggerak utama sudah mampu menghasilkan garam beryodium, namun masih memiliki kekurangan antara lain konstruksi pelat spiral dan susunan bilah-bilah pengaduk yang terpasang pada poros tidak didesain dengan kemiringan tertentu sehingga memperlambat aliran garam yang teraduk, kapasitas produksi masih rendah sekitar 70 kg/jam. Selain itu, silinder hanya dapat dibuka sebagian sehingga menyulitkan perawatan. Bahan silinder, saluran masuk, dan saluran ke luar sudah terbuat dari bahan stainless steel, akan tetapi bahan poros, pelat spiral, dan bilah-bilah pengaduk sebagai komponen utama pengadukan masih terbuat dari bahan baja sehingga mudah terjadi karat.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | T Technology > T Technology (General) |
Divisions: | Jurusan Teknik Mesin > D3 Teknik Mesin |
Depositing User: | B.J.H Library PNUP |
Date Deposited: | 15 Nov 2023 05:05 |
Last Modified: | 15 Nov 2023 05:05 |
URI: | https://repository.poliupg.ac.id/id/eprint/7112 |