Penelitian ini bertujuan menganalisa karakteristik dan mutu batu bata yang beredar di kota Makassar, menganalisa karakteristik dari batu bata tersebut. Material benda uji asli terdiri dari sampel batu bata merah yang berasal dari perajin batu bata di wilayah Kecamatan Pallangga, Kecamatan Bajeng, Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa, serta Kecamatan Mappakassunggu Kabupaten Takalar. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dan minimal berjumlah 100 buah untuk tiap lokasi. Pengujian dilakukan di Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang, meliputi pengujian tampak luar, kadar garam, daya serap, serta kuat tekan batu bata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran dan tampak luar batu bata dari keempat sampel, untuk pengujian ukuran batu bata tidak ada yang memenuhi modul ukuran batu bata yang disyaratkan dan pengujian tampak luar batu bata penyimpangan yang terjadi pada bidang-bidang batu bata, dapat disebabkan karena penyusutan. Kadar garam batu bata sampel Kecamatan Bontonompo paling besar yaitu 47,62 % dan yang paling rendah Kecamatan Pallangga yaitu 34,2 %. Daya serap batu bata yang paling besar adalah Kecamatan Bajeng 49,451 gr/dm2/mnt sedangkan daya serap yang paling kecil adalah Kecamatan Bontonompo 27,445 gr/dm2/mnt. Kuat tekan sampel Kecamatan Bajeng paling besar 37,26 kg/cm2 dan kuat tekan paling rendah sampel Kecamatan Pallangga 20,56 kg/cm2. Kuat geser sampel Kecamatan Bontonompo paling besar 12,54 kg/cm2 dan kuat geser paling rendah sampel Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar 8,04 kg/cm2. Mutu batu bata dari keempat Kecamatan tidak ada yang sesuai dengan mutu bata III dengan kuat tekan rata-rata 80-60 kg/cm2. Hasil analisa menunjukkan ukuran dan kuat tekan batu bata yang beredar di kota Makassar pada umumnya belum memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Kata kunci : karakteristik, batu bata, mutu