Kelayakan operasi pada trafo erat sekali hubungannya dengan pemeliharaan. Oleh karena itu, kebijaksanaan pemeliharaan guna menjamin operasi yang stabil harus dijabarkan dari analisa gangguan. Banyaknya gangguan yang terjadi karena pemeliharaan yang kurang baik serta peralatan yang rusak. Jadi jelas bahwa banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan guna mengetahui kelayakan operasi pada trafo dan mencegah terjadinya gangguan. Untuk dapat mengambil kesimpulan yang lebih tepat jumlah peralatan yang terganggu, lamanya peralatan itu bertugas, kondisinya waktu terjadi gangguan dan sebagainya, perlu dipelajari lebih mendalam.
Dalam kegiatan ini, objek yang di uji adalah trafo daya #3 Gardu Induk Panakkukang. Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk menilai dan meningkatkan hasil kerja (performance) peralatan, deteksi kerusakan secepat mungkin dan mencegah gangguan sebanyak dan seluas mungkin. Kegiatan diawali dengan pengencangan baut-baut, pembersihan, pengambilan sampel minyak untuk pengujian tegangan tembus minyak isolasi dan merangkai rangkaian alat uji untuk pengukuran tahanan isolasi belitan dan pengukuran rasio trafo. Pengumpulam data dilakukan dengan (teknik)pengujian, sedangkan analisis data dilakukan dengan regresi sederhana.
Dari tiga parameter pengukuran meliputi pengukuran tegangan tembus minyak isolasi, pengukuran tahanan isolasi belitan dan pengukuran rasio trafo menunjukkan bahwa rata-rata tegangan tembus minyak isolasi pada sampel minyak bagian bawah dan OLTC sebesar 72,1 dan 47,4 dengan nilai terkecil yaitu 42,4 kV/2,5 mm, tahanan isolasi belitan dengan nilai terkecil 3,34 GΩ dengan IP terendah sebesar 1,875, dan untuk rasio deviasi terbesar yaitu 0,09 %.
Berdasarkan hasil kegiatan dan deskripsi dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran memenuhi standarisasi yang dijadikan acuan sehingga trafo#3 pada pada Gardu Induk Panakkukang dinilai layak operasi ditinjau dari kemampuan tegangan tembus minyak isolasi, tahanan isolasi belitan dan rasio deviasi