Sulawesi Selatan merupakan salah satu wilayah penghasil jambu mete yang berkualitas ekspor, khususnya daerah Kepulauan Pangkajene, Sidenreng, Soppeng, Wajo, Maros, Sinjai, Bone, dan Barru. Jambu mete yang di ekspor dalam bentuk gelondong dan kacang mete menjadi komoditas yang lumayan penting sebagai sumber penghasilan dan pendapatan daerah. Ekspor produk mete Indonesia, sampai saat ini masih didominasi dalam bentuk gelondong sebesar 94,44%. Sedangkan dalam bentuk kacang mete relatif kecil yaitu hanya 5,56%. Meningkatnya pertumbuhan konsumsi dunia terhadap mete adalah salah satu peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan produksi mete, utamanya dalam 18 bulan ke depan. Produksi mete Indonesia setiap tahun diperkirakan sebanyak 95 ribu ton dan hanya 20% disalurkan untuk kebutuhan dalam negeri, sementara 80% di ekspor ke berbagai negara. Selain itu, masa panen mete di Indonesia berada disaat yang tepat yakni saat negara penghasil lainnya telah melewati masa panen serta dekat dengan negara pengolah, sekaligus produsen dan konsumen yakni India dan Vietnam, kata Konsultan Smallholder Agribusiness Development Initiative (SADI) dari Inggeris, Peter Jaeger PhD di Kendari, usai membawakan materi pada lokakarya pengembangan industri mete. Kacang mete yang di produksi di Indonesia sebagian besar di olah menjadi cemilan mete yang terdiri dari berbagai rasa, abon, rujak, sari buah, selai, jelly, sirop, cuka, manisan, dan masih banyak lagi. Kacang mete menjadi salah satu produk yang banyak di konsumsi karena kandungan gizi yang di miliki seperti Kalori 553Kcal, Lemak 44g, Sodium 12mg, Potasium 660mg, Karbohidrat 30g, Protein 18g, dan masih banyak lagi.