eras adalah makanan pokok penduduk Indonesia. Namun ironisnya
Indonesia sebagai negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang subur justru
mengimpor beras dari negara lain. Salah satu permasalahan yang mempengaruhi
produksi beras adalah saat proses pengeringan gabah. Pengeringan gabah
memerlukan lahan yang luas dengan pekerjaan yang berat karena petani harus
membolak-balikkan gabah yang terhampar dalam periode waktu tertentu dan
membutuhkan banyak tenaga karena dilakukan di bawah terik matahari.
Pembalikan gabah bertujuan untuk meratakan suhu gabah sehingga kadar air pada
gabah seragam dan optimal yakni sekitar 13 – 15% (Bulkiya, 2013).
Saat ini sudah banyak berkembang alat-alat pengering gabah, akan tetapi
umumnya para petani memilih untuk mengeringkan padi secara alami dengan
menjemur atau mengangin-anginkan, antara lain dilakukan dengan cara
pengeringan di atas lahan. Permukaan dari lahan yang digunakan harus bersih agar
padi yang dikeringkan tidak kotor, tidak menimbulkan panas yang terlalu tinggi,
mudah dibersihkan dan dikeringkan serta tidak basah sewaktu digunakan. Energi
untuk penguapan diperoleh dari sinar matahari.
Penjemuran padi pada permukaan lantai adalah cara pengeringan padi
secara alami yang praktis, murah dan sederhana. Namun salah satu kekurangan
dalam proses pengeringan secara alami ini adalah pada saat mengaduk atau
membalikkan padi masih memerlukan tenaga manusia. Dengan demikian
diperlukan suatu inovasi yang baru. Inovasi pada teknologi yang ada dan bisa untuk
2
membantu pekerjaan manusia adalah pembuatan robot pengaduk, yang diharapkan
robot tersebut dapat meringankan pekerjaan manusia dalam membalikkan gabah
pada saat proses penjemuran