Kebutuhan akan bioetanol di Indonesia sendiri cukup tinggi karena kegunaannya pada bidang industri, farmasi dan dapat pula digunakan sebagai campuran bahan bakar. Prarancangan pabrik bioetanol dengan kapasitas 1200 ton/tahun ini bertujuan untuk cadangan bahan bakar apabila di masa depan bahan bakar yang digunakan berupa fosil telah habis maka dapat dijadikan referensi untuk menjadikan bioetanol dari ubi kayu ini sebagai bahan bakar. Pabrik bioetanol ini dirancang dengan bahan baku ubi kayu. Ubi kayu akan dicuci dan dibersihkan dari kotoran yang menempel, kemudian dihaluskan. Ubi kayu yang halus kemudian masuk ke hidrolizer sehingga di hasilkan glukosa. Glukosa dari hasil hidrolisis kemudian akan di fermentasi untuk menghasilkan etanol. Etanol kemudian akan menuju proses destilasi untuk memisahkan etanol dari air. Pabrik ini direncanakan berlokasi di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dengan luas area pembangunan 14.727 m2. Tenaga yang dibutuhkan sebanyak 141 orang dengan sistem kerja shift. Kebutuhan utilitas berupa air dapat diperoleh dari sungai Jeneberang, listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) Tenaga Diesel Pallangga. Berdasarkan analisa ekonomi return on investment (ROI) sesudah pajak pajak sebesar 22.57%, pay out time (POT) setelah pajak sebesar 2.74 tahun, break event point (BEP) sebesar 33.24% dan shut down point (SDP) sebesar 12.00%. Hasil dari perhitungan analisa ekonomi tersebut menunjukkan bahwa pabrik bioetanol layak untuk didirkan