Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan energi listrik serta menipisnya cadangan bahan bakar fosil, maka keadaan tersebut memaksa manusia untuk mencari energi alternatif (renewable energy) yang dapat diperbaharui yang dapat menggantikan bahan bakar fosil. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah suatu pembangkit yang memanfaatkan tenaga air digunakan sebagai penggeraknya seperti saluran irigasi, sungai dan air terjun, dengan memanfaatkan beda ketinggian dan jumlah debit aliran, baik pembangkit listrik berskala besar maupun berskala kecil. Pada PLTA Bungin yang dibangun pada tahun 2011 di Desa Baruka, Kecamatan Bungin, Kabupaten Enrekang dan mulai beroperasi pada tahun 2013, dimana pembangkit ini telah beroperasi lebih dari 9 tahun.
Dalam melakukan pengevaluasian kinerja pembangkit dilakukan dua cara. Adapun cara yang pertama ialah dengan mengumpulkan data dari laporan pengusahaan pembangkit. Dan cara yang kedua ialah dengan melakukan analisis data dimana akan menghitung nilai daya output, EFOR, EAF, CF, dan NCF dari variabel data yang telah dikumpulkan.
Dengan melihat hasil analisis daya output yang dihasilakan oleh PLTA Bungin yaitu 1.495.587 watt, untuk Equivalent Forced Outage Rate (EFOR) pada PLTA Bungin pada tahun 2014 sampai tahun 2019 mengalami fluktuasi, fluktuasi ini disebabkan oleh banyaknya outage pada pembangkit. Dari nilai EAF yang diperoleh diketahui bahwa tingkat kesiapan unit pembangkit pada PLTA Bungin mampu memenuhi ketersediaan dalam satu priode. Dari nilai NCF yang diperoleh sudah melampaui standar nilai NCF tahunan yakni antara 30 – 50 %. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kinerja pembangkit dalam hal ini handal dalam produksi energi listrik.