Indonesia memiliki potensi energi terbarukan cukup besar dengan total ekuivalen 442 GW yang digunakan untuk pembangkit listrik. Potensi tersebut berasal dari tenaga air 94,3 GW, panas bumi 28,5 GW, bioenergi 32,6 GW, angin 60,6 GW, arus laut 17,9 GW, dan yang terbesar dari energi surya 207,8 GWp. Salah satu upaya untuk memanfaatkan energi surya yang memiliki potensi besar yaitu dengan mengubah energi surya tersebut menjadi energi listrik menggunakan panel surya. Dalam pembangunan PLTS terdapat kendala, yaitu investasi awal yang besar dan harga per kWh listrik yang dibangkitkan relatif tinggi (USD 3-5 / Wp).
Dalam penelitian ini, dilakukan upaya pengaturan beban menggunakan fuzzy logic untuk mengatur konsumsi daya yang digunakan oleh beban agar energi dapat termanfaatkan secara efektif. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif. Data-data yang dikumpulkan diantaranya nilai arus, tegangan, intensitas cahaya matahari, dan lain-lain yang kemudian akan dibandingkan hasilnya antara dengan dan tanpa menggunakan fuzzy logic.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada percobaan pengaturan beban lampu menggunakan fuzzy logic diperoleh penggunaan daya rata-rata pada beban yaitu sebesar 11,31 Watt, sedangkan tanpa fuzzy logic didapatkan nilai pengunaan daya rata-rata beban yaitu sebesar 14,29 Watt. Akan tetapi, pada percobaan pengaturan beban kipas menggunakan fuzzy logic justru diperoleh penggunaan daya yang lebih besar dibandingkan penggunaan daya tanpa menggunakan fuzzy logic. Nilai penggunaan daya rata-rata kipas yaitu 4,32 Watt, sedangkan tanpa fuzzy logic didapatkan nilai penggunaan daya rata-rata yaitu 2,97 Watt untuk 1 input sensor. Nilai penggunaan daya rata-rata kipas yaitu 3,02 Watt sedangkan tanpa fuzzy logic didapatkan nilai penggunaan daya rata-rata yaitu 2,93 Watt untuk 2 input sensor.