Peningkatan pemakaian energi listrik di tengah masyarakat akan diikuti oleh peningkatan penjualan energi listrik yang menambah keuntungan bagi PT PLN (Persero). Namun di sisi lain, peningkatan pemakaian energi listrik juga menimbulkan beberapa hal yang dapat menghambat kinerja perusahaan dalam menyediakan listrik berkualitas secara kontinu salah satunya adalah overload atau pembebanan berlebih pada penghantar JTR yang tidak sesuai dengan KHA yang telah ditetapkan dan mengakibatkan terjadinya kegagalan isolasi pada penghantar, lost contact, hingga penghantar putus. Untuk itu, perlu dilakukan pemecahan beban pada gardu distribusi sehingga persentase pembebanan pada penghantar jaringan tegangan rendah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pada gardu distribusi GT.SPA075 jurusan B sebelum pemecahan beban dilakukan memiliki persentase pembebanan penghantar sebesar 112,75%, sedangkan persentase pembebanan pada gardu distribusi GT.SBR013 sebelum dilakukan pemecahan beban yaitu 105,10% dimana keduanya termasuk dalam kondisi overload penghantar JTR. Adapun setelah melakukan pemecahan beban dengan mengalihkan beban gardu GT.SPA075 ke GT.SPA08 dan mengalihkan beban gardu GT.SBR013 ke GT.SBR108, persentase pembebanan penghantar pada GT.SPA075 jurusan B menurun menjadi 54,08% sedangkan persentase pembebanan pada jurusan B gardu distribusi GT.SBR013 menurun menjadi 46,62%. Sedangkan pada simulasi ETAP didapatkan hasil persentase pembebanan pada jurusan B gardu distribusi GT.SPA075 menurun dari 70,6% menjadi 46,3%, dan hasil persentase pembebanan pada jurusan B gardu distribuis GT.SBR013 menurun dari 80,2% menjadi 49,4%. Dari hasil pemecahan beban gardu distribusi GT.SPA075 dan GT.SBR013 diketahui bahwa pembebanan pada penghantar JTR telah sesuai dengan standar KHA yang ditetapkan berdasarkan Buku 1 PT PLN (Persero) Tahun 2010.