Pengelolaan air secara efektif dan efisien oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) perlu dilakukan untuk mengatasi penurunan kualitas dan kuantitas air bersih. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan penilaian kinerja guna meningkatkan kinerja perusahaan secara optimal. Penilaian kinerja tradisional dinilai kurang efektif untuk menilai kinerja perusahaan karena hanya menilai dari aspek keuangan saja. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka penulis menggunakan Kepmendagri Nomor 47 tahun 1999 untuk meneliti kinerja PDAM karena lebih komprehensif dengan mempertimbangkan aspek keuangan dan non keuangan sehingga kinerja perusahaan dapat diukur secara akurat oleh manajemen perusahaan.
Dalam penelitian ini terdapat tiga aspek yang dijadikan tolak ukur untuk menilai kinerja perusahaan yaitu Aspek Keuangan, Aspek Operasional, dan Aspek Administrasi. Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan dan laporan pelanggan. Data-data tersebut diperoleh melalui studi dokumentasi, studi kepustakaan, dan teknik wawancara.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, kinerja PDAM Kota Makassar, pada tahun 2014 dikategorikan “Cukup” dengan total nilai 55,90, pada tahun 2015 dikategorikan “Baik” dengan total nilai 65,43, dan pada tahun 2016 dikategorikan “Baik” dengan total nilai 66,93. Kinerja Aspek keuangan meningkat tiap tahun, yaitu pada tahun 2014 sebesar 25,50, tahun 2015 sebesar 33,75 dan tahun 2016 sebesar 35,25. Nilai kinerja Aspek Keuangan tertinggi ditunjukkan pada tahun 2016 yaitu sebesar 35,25, namun hal tersebut dikarenakan adanya pemutihan utang pada tahun 2016. Sementara itu Kinerja Aspek Operasional selama tiga tahun terakhir berada pada kategori “Cukup”, dengan nilai kinerja pada tahun 2014 sebesar 19,57, tahun 2015 sebesar 19,57, dan tahun 2016 sebesar 20,43. Begitu pula dengan kinerja Aspek Administrasi dengan nilai kinerja pada tahun 2014 sebesar 10,83, pada tahun 2015 sebesar 11,25, dan pada tahun 2016 sebesar 11,25.