Gedung Rusunawa PUPR yang dibangun pada tahun 2017 terdiri dari 5 lantai yang dibangun menggunakan metode konstruksi konvensional. Karena volume pekerjaan yang besar dan model struktur yang tipikal, pembangunan rusunawa ini dengan metode konstruski pracetak akan dinilai lebih efektif terutama dari segi waktu pengerjaan dan penggunaan sumber daya. Permasalahan yang sering dihadapi dalam penerapan metode konstruksi pracetak ini adalah strukturnya yang tidak bersifat monolit. Selain itu perencanaan beton pracetak sangat terkait dengan sistem sambungan dan metode konstruksi yang telah ditetapkan, sehingga perlu kajian terkait prosedur perencanaan struktur gedung dengan menggunakan sistem pracetak ini.
Perencanaan struktur gedung Rusunawa dengan sistem pracetak ini dimulai dengan menetapkan model sambungan yang digunakan kemudian dilanjutkan ke tahap penyesuaian elemen struktur yang ada agar mudah di produksi. Struktur kemudian direncanakan terhadap beban layan berupa beban gravitasi dan beban lateral untuk menentukan dimensi akhir dari struktur. Setelah dimensi dan penulangan akhir diperoleh, elemen balok dan pelat lantai kemudian di modifikasi untuk direncanakan sebagai komponen pracetak sedangkan kolom tetap direncanakan menggunakan sistem konvensional.
Hasil dari perencanaan struktur yang dilakukan, didapat bahwa tidak terdapat perubahan dimensi yang berarti pada bagian elemen balok dan pelat, perbedaan hasil desain terletak pada penulangan dan penambahan komponen konsol pendek/korbel. Keuntungan dari penerapan sistem pracetak ini diperoleh bahwa perancah yang dibutuhkan sangat sedikit dan hanya berupa shoring, sedangkan dari segi durasi pelaksanaan, perkiraan durasi pekerjaan struktur dapat direduksi minimal 12,5% dari durasi awal.