Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang ketenaga listrikan, PLN bertugas untuk memberikan pelayanan yang maksimal bagi masyarakat Indonesia, untuk mencapai pelayanan tersebut maka dibutuhkan pengendalian, pengawasan dan pemeliharaan terhadap seluruh komponen sistem tenaga listrik. Losses atau lebih dikenal dengan istilah susut merupakan parameter yang harus selalu diperhatikan oleh PT. PLN (Persero Dalam upaya penekanan susut distribusi terkhusus dibidang transaksi enekgi, PLN mulai memanfaatkan teknologi telekomunikasi berupa Automatic Meter Reading (AMR). AMR merupakan salah satu alat yang mampu melakukan pengawasan dan pengendalian, dimana alat ini akan memberikan informasi awal yang dapat dijadikan sebagai petunjuk Target Operasi (TO) P2TL, guna menurunkan angka susut (losses) nonteknis secara cepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara menentukan jenis kasus pada pelanggan potensial menggunakan AMR PT. PLN (Persero) UP3 Makassar Selatan serta cara penghitungan Tagihan Susulan (TS) pada pelanggan yang terindikasi telah terjadi pelanggaran maupun kelainan pada pemakaian energi listriknya. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode literatur, observasi, dan wawancara. Penelitian ini juga mengungkap bagaimana sebuah indikasi pencurian listrik yang mengakibatkan tidak terukurnya pemakaian energi listrik, serta pentingnya commissioning test dilakukan pada kWh meter sebelum instalasi listrik dioperasikan. Hasil dari penelitian ini adalah mengetahui cara penentuan jenis kasus pada pelanggan potensial menggunakan AMR dengan berbagai tahap, di mana pelanggan yang menjadi sampel terbukti terjadi kasus kelainan pada alat pengukuran (K2) sesuai dengan bukti yang ditemukan dan penghitungan jumlah TS yang diakibatkan pelanggaran maupun kelainan pada pemakaian energi listrik, di mana pelanggann yang menjadi sampel diberikan tagihan susulan sesuai dengan perhitungan nilai rupiah kWh yang belum terbayar selama beberapa bulan yaitu sebesar Rp. 27.352.685.