Gangguan pada sistem tenaga listrik dapat menimbulkan arus yang lebih besar dari arus normal sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan listrik bahkan bisa berbahaya pada makhluk hidup di sekitarnya. Bila terjadi gangguan diharapkan tidak terjadi pemutusan daya atau setidaknya bisa meminimalisir zona padam. Untuk itu diperlukan alat proteksi yang terdiri dari main protection dan back up protection dengan koordinasi yang sesuai dengan standard sehingga bisa menjaga keandalan sistem dalam menyalurkan listrik ke konsumen.
Dalam penelitian ini dilakukan di penyulang Gombara ULP Daya PT. PLN (Persero) Area Makassar Utara yang memiliki PMT (OCR dan GFR) pada GI Mandai sebagai back up protection dan Recloser Patene pada sisi penyulang sebagai main protection. Setelah mendapatkan data yang telah diberikan langsung oleh ULP Daya maka analisis dapat dilakukan dengan cara menghitung nilai resetting PMT dan Recloser selanjutnya ialah mensimulasikannya menggunakan software ETAP 12.6 lalu membandingkan antara setting awal PLN dengan hasil resetting.
Hasil dari penelitian didapatkan bahwa koordinasi antara PMT dan Recloser Patene pada gangguan dengan jarak 50% ke bawah dari GI masih belum maksimal karena memiliki selisih waktu yang kurang dari 0,2s. Untuk itu penyulang Gombara sebaiknya bisa menambah main protection pada jalur Bisnis Park sehingga hasil resetting bisa diaplikasikan.