Salah satu masalah utama yang dihadapi sebagian besar rumah sakit di Indonesia adalah pengelolaan persediaan khususnya perbekalan farmasi masih belum efektif dan efisien, ini dapat dilihat dari jumlah keluhan pasien yang masuk rumah sakit, mereka merasa kesulitan mendapatkan obatnya, masalah ini menjadi rumit pada saat terjadinya kekosongan obat (out of stock), ini berdampak buruk terhadap pasien dan dapat berpengaruh signifikan terhadap pelayanan rumah sakit, bukan hanya out of stock tetapi juga kelebihan persediaan (overstock), ini diakibatkan karena beberapa dokter tidak memberikan resep sesuai dengan formularium yang diatur oleh rumah sakit. Sehingga pasien yang bersangkutan memilih untuk membeli obat yang di maksud diluar apotik rumah sakit. Hal ini mengakibatkan persediaan obat tetap berada digudang dan dapat meningkatkan resiko kerusakan atau kehilangan persediaan.
Penelitian ini dilakukan untuk menilai efisiensi dan efektivitas operasional dari manajemen Instalasi Farmasi RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar dalam rangka mendukung pelaksanaan Badan Layanan Umum (BLU). Sehubungan dengan itu, penelitian ini diawali dengan Survei Pendahuluan, Review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen, Pengujian terperinci. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, tinjauan pustaka, observasi langsung dan kuesioner.
Berdasarkan hasil audit manajemen berbasis Risk Assessment terhadap pengelolaan persediaan diperoleh beberapa temuan seperti Rumah sakit belum memiliki perencanaan yang baik dan optimal dalam penyusunan formularium, Unit Layanan Pengadaan (ULP) lambat dalam mengotorisasi dan memesan daftar kebutuhan obat yang sudah dibuat oleh Instalasi Farmasi Rumah sakit, Fungsi penyimpanan dalam hal ini Gudang belum efektif dalam memenuhi pengawasan yang maksimal dan Rumah sakit belum memiliki perencanaan yang optimal dalam hal rotasi atau mutasi karyawan