Sistem interkoneksi menjadikan penyaluran energi listrik dari suatu daerah ke daerah lain menjadi lebih andal dan aman terhadap gangguan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Oleh karena itu perlunya pengembangan suatu jaringan dengan sistem interkoneksi sebagai langkah antisipasi dalam pemenuhan beban yang disebar di berbagai daerah.
Adanya penambahan beban di berbagai daerah khususnya di daerah Wotu mengharuskan penyaluran energi listrik dapat menempuh jarak yang cukup jauh. Hal ini dapat menimbulkan masalah seperti terjadinya rugi-rugi daya dalam sistem tersebut. Hal ini juga dapat berakibat pada besarnya biaya pokok produksi pada pembangkit.
Dalam penelitian ini akan menganalisa pola operasi yang akan dapat menghemat biaya pokok produksi. Skema yang digunakan adalah dengan mengoperasikan GI Wotu dengan asumsi daya 30 MW yaitu ketika PLTA Poso maksimum dan PLTGU sengkang maksimum. Untuk mengetahui rugi-rugi daya, maka skema tersebut disimulasikan pada aplikasi DIgSILENT PowerFactory 15.1. Adapun data yang digunakan bersumber dari data yang diperoleh dari PT. PLN (Persero) Unit Pengatur Beban (UPB) Sulbagsel.