Tingginya permintaan bahan bakar minyak (BBM) di Kab. Morowali Utara mengakibatkan terjadinya kelangkaan BBM. Untuk itu PT Sinar Andalan berencana untuk melakukan investasi pembangunan SPBU dengan beberapa alternatif yang tersedia. Sehubungan dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan bisnis SPBU berdasarkan model kerjasama CODO1, CODO2, CODO3 dan DODO serta untuk mengetahui faktor risiko yang akan mempengaruhi investasi di masa yang akan datang.
Dalam penelitian ini, metode analisis yang digunakan untuk menilai kelayakan investasi adalah metode payback period, net present value (NPV) dan internal rate of return (IRR). Kemudian metode yang digunakan untuk menilai risiko investasi adalah analisis sensitivitas. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, analisis dokumen, dan observasi. Sedangkan penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan yaitu proses yang dilakukan dengan mendatangi langsung perusahaan dan pihak-pihak terkait dengan penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keempat alternatif model kerjasama yang dapat digunakan untuk membangun SPBU layak untuk diimplementasikan. Selain itu dari hasil penelitian ini, perusahaan disarankan untuk menggunakan alternatif model kerjasama CODO2, karena alternatif ini adalah pilihan yang paling baik diantara alternatif lainnya. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan analisis payback periode model kerjasama CODO2 yang membutuhkan waktu pengembalian selama 2 tahun 7 bulan lebih cepat dari lama pinjaman perusahaan. Kemudian nilai NPV selama lima tahun pada model CODO2 adalah sebesar Rp1.292.971.354,00, nilai ini lebih besar dari nol. Sedangkan nilai IRR CODO2 sebesar 30,07% lebih besar dari dari biaya modalnya yaitu sebesar 21%. Selanjutnya untuk menghitung faktor risiko, penelitian ini menggunakan analisis sensitivitas dengan asumsi terjadinya kelangkaan BBM. Asumsi ini menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan sebesar 10% dan secara simultan terjadi peningkatan biaya sebesar 5% pada model CODO2 , sehingga menghasilkan kesimpulan bahwa investasi pada alternatif CODO2 tetap layak untuk diterapkan.