Penggunaan material baja canai dingin saat ini sangat populer, masyarakat semakin banyak menggunakan material canai dingin sebagai konstruksi seperti rangka atap dikarenakan kemudahan dan kecepatan pemasangan. Namun diluar dari itu masih banyak ditemui dilapangan kegagalan konstruksi karena teknik pemasangan yang kurang tepat. Masyarakat pada umumnya hanya mengetahui dan menyambungkan batang-batang rangka atap yang dihubungkan dengan susunan dasar berbentuk segitiga yang tidak bertemu pada satu titik kumpul (model A). Penyambungan cara lain yang bertemu di satu titik buhul (model B) dapat juga dilakukam. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan model sambungan struktur rangka yang lebih kaku antara Model A dan Model B. Penelitian ini dilakukan dengan membuat benda uji Model A dan Model B masing-masing sebanyak 2 buah dengan panjang 400 cm, tinggi 40 cm dan 60 cm yang diberikan beban di tengah bentang sebesar 220 kg dan di kontrol dengan pembacaan lendutan pada ke empat dial yang diletakkan pada titik kumpul bentang dan tengah bentang. Kemudian membandingkan hasil lendutan dengan hasil lendutan analitis SAP2000.Dari hasil penelitian ini diperoleh data lendutan bahwa model B lebih kaku dibandingkan model A karena memiliki rasio selisih lendutan yang lebih sedikit dengan hasil analitis dengan SAP2000 dan lama pembebanan dilakukan maka lendutan yang terjadi akan semakin besar tetapi tidak selamanya bertambah (stabil) pada waktu tertentu.