Masalah kelistrikan PT. PLN (Persero) muncul karena adanya susut (losses) pada distribusi karena lemahnya pengawasan pada pelanggan. Untuk itu dikembangkan penelitian mengenai pemantauan kualitas daya listrik (Power Quality) dengan menggunakan sistem pengontrolan jarak jauh sebagai bentuk kemudahan dalam monitoring daya pemakaian pada pelanggan yang dikenal dengan sebutan Automatic Meter Reading (AMR). Hasil pengukuran dari AMR dijadikan pembanding dengan besaran-besaran Standar Prosedur Operasional (SPO) sehingga dapat diketahui kualitas daya listrik yang sampai pada pelanggan, kemudian diuji dengan menggunakan metode statistik dalam pengambilan keputusan normal tidaknya Power Quality pelanggan tersebut. Setelah dilakukan pengambilan dan analisis data frekuensi, faktor daya dan tegangan didapatkan beberapa ketidaknormalan pada VR-N dan VS-N yang mengalami Overvoltage karena memiliki nilai tegangan >105%, sedangkan untuk tegangan VT-N masih dalam rentan standar power quality 90%-105%. Tindak lanjut dari ketidaknormalan tersebut berupa P2TL (Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik) guna penekanan susut teknis maupun non-teknis. Kontribusi penekanan susut pada bidang epmis dilakukan dengan pengoptimalan P2TL dimana pada realisasi penekanan susut P2TL 2017 sebesar 1.28% (rata-rata). Penekanan susut dengan P2TL dan PRPTL pada 2017 mencapai 58.823.539 kWh (Rp 82.044.727.164). Adapun susut non-P2TL merupakan susut dari pelanggan non-AMR dan non-teknik, dimana kerugian dari susut tersebut mencapai 364.815.978 kWh (Rp 508.830.782.575) pada tahun 2017.