(Rahmaniar Rahman), Perencanaan Bekisting untuk Bangunan Gedung. (Irka Tangke Datu, S.ST.,M.T. dan Dr. Eng. Adiwijaya, S.ST.,MT.).

Perencanaan bekisitng untuk bangunan gedung ini terdiri dari perancah dan bekisting lantai, perancah dan bekisting balok dan bekisting kolom. Standar yang digunakan dalam menghitung kekuatan dan lendutan/deformasi adalah SNI-5 (2002) dan SKI 1987. Perencanaan diawali dengan melakukan wawancara dan survey lapangan untuk memperoleh data-data pendukung.

Perhitungan/desain perancah dan bekisting lantai, balok dan kolom menggunakan multipleks dengan tebal 12 mm. Jarak untuk balok anak/memanjang pada bekisting lantai dengan dimensi balok 5/7 diperoleh 40 cm dan untuk dimensi balok 4/6 diperoleh jarak 35 cm. Jarak balok melintang untuk bekisting lantai dipasang 80 cm untuk dimensi balok 5/7 dan 75 cm untuk dimensi balok 4/6 dan jarak tiang perancah untuk dimensi balok 5/7 diperoleh 50 cm dan 45 cm untuk dimensi balok 4/6. Jarak balok anak/memanjang untuk bekisting balok diperoleh 25 cm untuk dimensi balok 5/7 dan 4/6 jarak tersebut sesuai dengan dimensi balok yang diasumsikan yaitu 25 x 50 cm. Jarak balok melintang dan tiang perancah untuk bekisting balok diperoleh 50 cm dengan dimensi balok 5/7 dan 40 cm dengan dimensi balok 4/6. Perencanaan bekisting kolom menggunakan balok vertikal dan horizontal. Dimana jarak untuk balok vertikal dengan dimensi balok 5/7 dan 4/7 diperoleh masing-masing 15 cm sesuai dengan dimensi kolom yang diasumsikan yaitu 30 x 30 cm. Jarak untuk balok horizontal diperoleh 50 cm untuk penggunaan balok 5/7 dan 40 cm untuk penggunaan balok 4/6.

Penggunaan dimensi balok yang berbeda-beda sangat memepengaruhi jarak perancah dan beksiting yang akan dipasang. Dalam perencanaan harus mengambil jarak yang aman dan tidak mendekati kondisi kritis karena akan berdampak pada saat pengerjaan di lapangan.