Seiring dengan penurunan produksi dan peningkatan konsumsi energi fosil dalam negeri maka usaha untuk kembali menggalakkan produksi energi terbarukan perlu dipercepat, terutama sumber energi yang berbahan baku non pangan. Tongkol jagung merupakan limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Senyawa utama penyusun tongkol jagung adalah selulosa dan hemi selulosa yang dapat dijadikan bahan baku pembuatan biobutanol melalui proses hidrolisis dan fermentasi. Permasalahaannya adalah bagaimana konversi selulosa menjadi glukosa dan konversi glukosa menjadi biofuel.
Tujuan penelitian adalah mempelajari pengaruh konsentrasi katalis asam sulfat, waktu hidrolisis terhadap glukosa pada hidrolisis serbuk tongkol jagung, dan mempelajari pengaruh waktu fermentasi hidrolisat glukosa menjadi biofuel dengan bakteri clostridium acetobutylicium. Hidrolisis dilakukan dengan variasi konsentrasi 1,5%, 2%, 2,5%, 3%, dan 3,5 % dengan variasi waktu hidrolisis 15, 30, 45, 60, 75, 90, 105, dan 120 menit. Fermentasi dilakukan dengan variasi waktu 6, 8, 10, 12, 14, 16, dan 18 hari.
Tahap Delignifikasi dilakukan sebelum proses hidrolisis untuk menurunkan kadar lignin dan meningkatkan kadar selulosa, dengan hasil penurunan kadar lignin 6,40% dan peningkatan kadar selulosa 24,16 %. Hasil optimum proses hidrolisis dilanjutkan ke media fermentasi dengan variasi waktu fermentasi.
Hasil penelitian diperoleh kadar gula optimum setelah hidrolisis adalah 18,54% pada konsentrasi asam 3,5% pada suhu 1000C selama 2 jam. Hasil analisis GCMS produk fermentasi aceton ditemukan pada hari ke-6, 8, dan 12 serta untuk etanol didapatkan pada hari ke-14 dan 16, produk butanol tidak didapatkan tetapi pada hari ke-14 didapatkan Carbon dioxcide, 1,4-butanediamine; Ethanol; 2-hexanone, 5-methyl-; 1-propanol, 2-methyl-; 1-Butanol, 3-methyl.