Bendung merupakan bangunan yang dibangun sebagai salah satu solusi dalam berbagai masalah yang berhubungan dengan sumber daya air, ntuk pemanfaatan, pengelolaan dan pelestarian. Dengan bertambahnya usia, bendung akan mengalami penurunan kualitas dari segi fisik dan menyebabkan bendung tidak berfungsi secara optimal. Salah satu upaya untuk menangani masalah kondisi fisik bendung yakni dengan rehabilitasi. Untuk membantu proses rehabilitasi dibutuhkan perhitungan indeks kinerja sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR No.12/PRT/M/2015. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan bendung Lekopancing khususnya pada bangunan utama. Adapun analisa ini menunjukan bahwa tingkat kerusakan bendung Lekopancing sebesar 23,77 % . Sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR No.12/PRT/M/2015. Tingkat kerusakan tersebut termasuk dalam kategori rusak sedang dan diperlukan pemeliharaan yang cukup besar. Oleh karena itu diperlukan analisis skala prioritas rehabilitasi terhadap kerusakan bendung. Metode yang digunakan untuk penyusunan skala prioritas ini adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Perbandingan berpasangan berdasarkan tingkat kepentingan tiap komponen bangunan utama. Urutan prioritas untuk dilakukan rehabilitasi yaitu tanggul, mercu, pintu penguras, mistar ukur, pintu pengambilan, pagar pengaman, papan operasi, lantai, sayap dan jembatan. Metode AHP adalah metode yang tepat diterapkan dalam memprioritaskan rehabilitasi karena AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas.

Kata kunci : Kinerja fisik, Bangunan utama, Rehabilitasi, Analytical hierarchy process, Bendung Lekopancing.