PT Vale Indonesia Tbk mengolah bijih nikel laterite menjadi nikel matte dengan tujuh proses tahapan utama yaitu drying (pengeringan), kalsinasi dan reduksi, smelting (peleburan), pemurnian, serta granulasi dan penanganan produk. Proses pengolahan biji nikel tersebut menghasilkan debu yang masih mengandung nikel sehingga diolah kembali untuk dijadikan umpan ke dalam dryer. Pengunaan debu yang diumpankan ke dalam dryer ternyata tidak efisien karena ukuran partikelnya yang terlalu kecil membuat debu mudah terbang terbuang, sehingga diperlukan pembesaran ukuran debu tersebut dengan menggunakan proses aglomerasi untuk membuat partikel debu menjadi tidak mudah hancur dan bisa langsung diumpankan ke dalam kiln.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan dust aglomerasi dengan menghitung neraca massa yang masuk dan keluar pada reduction kiln PT Vale Indonesia Tbk. Massa yang masuk meliputi material yang ada dalam reduction kiln feed (RKF) khususnya nikel sebagai produk utama dari PT. Vale Indonesia Tbk., bersama dengan penambahan debu aglomerasi. Sedangkan untuk massa yang keluar meliputi calcine, RK dust, stack loss, dan material tak terhitung (unaccounted) lainnya.
Dalam penelitian ini digunakan metode analisis deskriptif berupa penggunaan data aktual reduction kiln sebagai data massa yang masuk dan massa yang keluar pada saat perhitungan dilakukan. Penambahan debu aglomerasi pada kiln berpengaruh terhadap perubahan kadar material khususnya nikel sebagai produk utama dari PT. Vale Indonesia Tbk., di dalam ore yang diolah, untuk itu perlu dilakukan perhitungan neraca massa. Dari perhitungan neraca massa dapat diketahui penambahan dust aglomerasi pada reduction kiln dapat meningkatkan produk nikel yang diperoleh pada calcine dari 2,35 ton menjadi 2,85 ton. Di lain sisi Penambahan dust aglomerasi dapat meningkatkan diameter partikel debu, sehingga meningkatkan kandungan RK dust yang akan diolah kembali menjadi dust aglomerasi dari 0,43 ton menjadi 0,53 ton