Indonesia merupakan salah satu negara penghasil rumput laut terbesar di dunia dan menjadi salah satu komoditas ekspor namun memiliki nilai juga rendah sehingga dengan mengolahnya menjadi produk karaginan dapat meningkatkan harga jualnya. Karaginan merupakan produk turunan dari eucheuma cottonii yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Karaginan banyak digunakan dalam industri makanan, minuman dan dll. Indonesia masih ketergantungan akan impor karaginan dari luar sehingga dengan adanya prarancangan pabrik ini bertujuan untuk mengolah Eucheuma cottonii menjadi karaginan agar mampu menutupi ketergantungan Indonesia akan impor karaginan, meningkatkan devisa negara, serta menurunkan laju pengangguran di Indonesia.
Pabrik karaginan berbahan baku eucheuma cottonii di dirikan di Desa Laikang Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan dengan mempertimbangkan persediaan bahan baku, utilitas, sarana transportasi dan letak geografisnya. Pabrik tersebut direncanakan memproduksi sebanyak 13.000 ton/tahun dengan waktu operasi 24 jam/hari. Bahan baku yang digunakan adalah Eucheuma cottonii sebanyak 2.890,92 kg/jam. Jumlah karyawan sebanyak 181 orang dengan bentuk perusahaan adalah Perseroan Terbatas (PT) dengan menggunakan struktur organisasi garis dan staff.
Hasil analisa ekonomi menunjukkan: Fixed Capital Investment (TCI) sebesar Rp 1.047.482.332.910; Working Capital Investment (WCI) sebesar Rp 184.849.823.455; Total Capital Investment (TCI) sebesar Rp 1.232.332.156.364; Break Even Point (BEP) sebesar 51,96%; Pay Out Time After Taxes (POT) selama 3,02 Tahun; Shut Down Point (SDP) sebesar 31,4%. Berdasarkan hasil kajian ini, maka rencana pendirian layak untuk di laksanakan karena merupakan pabrik yang menguntungkan dan mempunyai masa depan yang baik.