Tulisan ini membahas tentang analisis hasil survei dan pengamatan pasca terjadinya penurunan kualitas kabel fiber optic (FO) akibat gangguan frekuensi dan putusnya kabel karena penggalian yang tidak mempertimbangkan perlindungan infrastruktur. Penelitian ini mengambil studi kasus pada jalur backbone distribusi Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) link Kalukubodo-Pettarani di wilayah PT. Telkom Indonesia Makassar. Untuk memberikan solusi perlu adanya langkah pemeliharaan yang tepat, maka penelitian ini berfokus pada dampak rugi-rugi redaman FO singlemode yang ditimbulkannya. Metode penelitian berupa pengukuran data redaman menggunakan OTDR dan analisis optimasi power link budget. Objek pengukuran meliputi seluruh FO singlemode link Kalukubodo-Pettarani dengan tiga jalur eksis kabel yaitu jalur kabel Surabaya-Ujung Pandang-Sulawesi (SUB) 12 core, jalur kabel Indonesian Global Gateway (IGG) 48 core, dan jalur kabel Kalimantan-Sulawesi (KALSUL) 24 core. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa redaman pada jalur IGG dalam kondisi baik, berada pada kisaran 0.27 dB/Km sampai 0.283 dB/Km, sementara jalur SUB dan KALSUL memiliki beberapa core yang nilai redaman per kilometernya melebihi standar yang ditetapkan oleh PT. Telkom Indonesia, yaitu mencapai 0.724 dB/Km, sedangkan standar yang ditetapkan adalah 0.35 dB/Km. Selain itu, hasil perhitungan power link budget menunjukkan adanya ketidakakuratan bila dibandingkan dengan hasil pengukuran aktual.