(Delianti), Pembuatan Arang Aktif dari Kayu Bakau (Pembimbing I : Dra.Abigael Todingbua, M.Si dan Pembimbing II : Tri Hartono,LRSC.MChemEng)

Tanaman bakau yang tumbuh berlimpah di permukaan laut Indonesia saat ini selain berfungsi sebagai pencegah abrasi juga dimanfaatkan sebagian besar masyarakat sebagai bahan bakar. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan kayu bakau menjadi karbon aktif sehingga menambah nilai jual.
Pembuatan arang aktif meliputi karbonisasi yang merupakan proses pengarangan. Adapun arang yang dihasilkan pada proses ini belum aktif sehingga harus diaktivasi terlebih dahulu. Arang yang akan diaktivasi dibagi dalam dua jenis ukuran yakni -0,355+0,200 mm dan -0,200+0,112 mm. Metode aktivasi yang digunakan yaitu aktivasi secara kimia menggunakan zat aktivator HCl dengan variasi konsentrasi 0,25 M; 0,5 M; 1 M; 2 M, dengan waktu perendaman
selama 26 jam dan aktivasi secara fisika pada pemanasan suhu 1150C, dengan variasi waktu 1 jam; 1 ½ jam; 2 jam; dan 2 ½ jam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa arang dari kayu bakau yang diaktifkan secara kimia dan fisika memenuhi syarat mutu SNI No.-06-3730-1995 sebagai karbon aktif. Namun demikian, arang aktif dengan aktivasi kimia lebih baik dibanding aktivasi fisika.. Arang aktif terbaik dimiliki oleh arang aktif ukuran -0,200+0,112 mm pada aktivasi kimia dengan konsentrasi HCl 2 M yang memiliki kemampuan daya serap terhadap iod 1426,555 mg/g, bagian yang hilang pada pemanasan 9500C sebesar 12,263%, kadar air 5,208%, kadar abu 0,849% dan kadar karbon tetap sebesar 81,680%.

Kata kunci: kayu bakau, karbon aktif, aktivasi kimia dan fisika.