Search for collections on PNUP Repository

Evaluasi Konsumsi Bahan Bakar Biodiesel Dan Solar Pada Mesin Diesel Isuzu Phanter Type Tbr 52 Prlc

Siti Muriyana and Supryadi and Kamaruddin (2009) Evaluasi Konsumsi Bahan Bakar Biodiesel Dan Solar Pada Mesin Diesel Isuzu Phanter Type Tbr 52 Prlc. Diploma thesis, Politeknik Negeri Ujung Pandang.

[thumbnail of Evaluasi Konsumsi Bahan Bakar Biodiesel Dan Solar Pada Mesin Diesel Isuzu Phanter   Type Tbr 52 Prlc.pdf] Text
Evaluasi Konsumsi Bahan Bakar Biodiesel Dan Solar Pada Mesin Diesel Isuzu Phanter Type Tbr 52 Prlc.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

Bahan bakar minyak merupakan salah satu sumber energi yang ada di dunia tanpa terkecuali di Indonesia. Komsumsi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sebaliknya, produksi minyak bumi dalam negeri menurun karena jumlah cadangan energi fosil di negara kita semakin berkurang. Perkiraan ekstrem menyebutkan bahwa minyak bumi di Indonesia dengan tingkat penggunaan seperti saat ini akan habis dalam kurun waktu 10 – 15 tahun lagi ( Syah, 2006:2 ).
Menipisnya cadangan minyak bumi sebagai sumber energi yang tak dapat diperbaharui dengan penyediaan yang tak dapat diramalkan secara pasti serta harganya yang berfluktuasi, memotivasi penghematan energi dan pencarian sumber energi terbarukan sebagai energi alternatif. Seolah berpacu dengan waktu, para pemikir kita giat berinovasi untuk memperoleh alternatif sebagai pengganti energi dari bahan bakar minyak. Salah satunya adalah biodiesel, bahan bakar yang berasal dari minyak nabati yang sifatnya menyerupai solar atau sebagai bahan bakar mesin diesel.
Motor atau mesin diesel pertama di dunia dijalankan dengan bahan bakar dari minyak kacang dan minyak persan hemps/ganja (Cannabis sativa). Namun, seiring dengan ketersediaan bahan bakar minyak bumi dalam jumlah besar dan biaya yang lebih murah, ketertarikan terhadap minyak nabati menurun pada saat itu, ketika krisis energi ataupun pemanasan global belum dirasakan dampaknya. Akhirnya, hingga saat ini solar sebagai sumber energi sudah sangat populer di kalangan masyarakat. Fakta menunjukkan bahwa penggunaan BBM di Indonesia pada tahun 2004 sekitar 61,7 juta kilo liter dari jumlah tersebut, 26,9 juta kilo liter adalah komsumsi solar ( Syah, 2006:2 ). Solar tetap digunakan meskipun menghasilkan emisi gas rumah kaca di atmosfer sebagaimana dampak yang ditimbulkan oleh bahan bakar fosil pada umumnya. Hal ini terjadi karena harganya yang lebih murah yaitu sekitar Rp. 5.500,00 (mulai Juni 2008), sedangkan harga biodiesel sekitar Rp. 8.000,00 (Oktober 2008).
Biodiesel sebagai pengganti solar dapat diperbaharui dan emisinya lebih rendah. Hasil uji emisi rata-rata road test biodiesel pada mobil non- AC dengan campuran 30 persen biodiesel (B30) terjadi penurunan polutan HC, dan kadar asap antara 19% hingga 57% (http://cdc.eng.ui.ac.id/article/articleview/2771/1/2/:2008). Keunggulan lainnya yaitu tidak menambah efek rumah kaca serta dapat memperkuat perekonomian negara dan menciptakan lapangan pekerjaan. JIka 2 % konsumsi solar (bahan bakar) menggunakan biodiesel, maka ini nyaris ekivalen dengan 720 ribu ton CPO biodiesel, 200 ribu HA kebun Kelapa Sawit, 65 ribu tenaga kerja di perkebunan dan 5000 tenaga di pabrik sehingga dapat mengurangi impor solar senilai USD 216 juta bila diasumsikan nilai impor solar USD 30sen/liter (Sudradjad, ). Adapun alternatif penggunaannya antara lain sebagai pemanas berbahan bakar diesel, penerangan dan kompor, sebagai pelarut untuk cat non-otomotif, cat semprot dan bahan kimia adesif lain, sebagai pembersih tumpahan minyak bumi diatas tanah atau air serta sebagai pembakar keramik dalam tungku.
Namun, terdapat hambatan harus dihadapi dalam pengembangan biodiesel yaitu mahalnya biodiesel. Hal ini terjadi karena minyak-minyak atau lemak pangan yang tersedia saat ini, seperti minyak kelapa sawit, kelapa, jagung, kacang nilai produknya lebih mahal dari biodiesel (Syah, 2006:6). Pembuatan biodiesel sedikit sulit karena memerlukan methanol, katalis (soda api, KOH) dan pemisahan gliserin yang berasal dari reaksi samping. Sehingga biodiesel mempunyai harga yang lebih mahal dibanding minyak goreng pada pemakaian langsung. Kekurangan lain dari biodiesel adalah bahan ini dapat melarutkan atau merusak karet yang biasanya tahan terhadap minyak diesel (WordPress.com : 2008).
Keunggulan serta kekurangan biodiesel dan solar sudah diketahui dari uraian di atas. Namun, belum ada kepastian mengenai efisiensi dari ke dua bahan bakar tersebut. Yang mana lebih hemat, biodiesel atau solar? Berdasarkan hal tersebut, maka komsumsi dari kedua bahan bakar tersebut akan dibandingkan apabila digunakan pada mesin diesel.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: T Technology > T Technology (General)
Divisions: Jurusan Teknik Mesin > D3 Teknik Mesin
Depositing User: B.J.H Library PNUP
Date Deposited: 16 Nov 2023 02:30
Last Modified: 16 Nov 2023 02:30
URI: https://repository.poliupg.ac.id/id/eprint/7121

Actions (login required)

View Item
View Item