BTS (Base Transceiver Station), yang berfungsi menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju jaringan lain, merupakan salah satu objek yang rentan akan sambaran petir. Oleh karena itu BTS diupayakan tetap beroperasi terus menerus agar informasi data yang disalurkan tidak terputus. Untuk menjaga agar BTS tetap beroperasi, terhindar dari kerusakan-kerusaan peralatan, maka diperlukan sistem penangkal petir yang handal disamping juga dukungan backup power atau sumber listrik lebih dari satu selain sumber listrik dari PLN yaitu oleh Diesel Generator Set serta Baterai. Dalam tulisan ini akan di bahas bagaimana membahas sistem proteksi petir pada BTS, jenis pengamanannya serta luas / radius pengamanan BTS.
Proses analisa proteksi petir dan sistem groundingnya dilakukan secara bertahap yaitu meliputi pengumpulan data pada menara, tinggi, maupun luas site Selanjutnya penentuan besarnya proteksi petir yang dibutuhkan sesuai dengan SNI 03-7015-2004 yang kemudian dilanjutkan pada penetapan tingkat proteksi sesuai dengan hasil perhitungan. Kemudian dilanjutkan pada pengukuran sistem grounding dengan cara mengukur resistivitas jenis tanah dan penambahan jumlah elektroda batang yang diperlukan agar sesuai dengan SNI 03-7015-2004.
Hasil analisis sistem proteksi petir dan sistem grounding yang telah dilakukan menunjukkan bahwa, perlu penambahan terminasi udara pada BTS Sanrangan. Hal ini dapat dilihat dari radius bola bergulir masih ada titik – titik yang perlu penambahan terminasi udara, sedangkan pada sistem grounding setelah dilakukan penambahan elektroda batang pada kedua site (BTS Pacerakkang & BTS Sanrangan) dapat dikatakan hasil dari pengukuran sistem grounding sesuai dengan SNI 03-7015-2004 untuk resistansi pembumian total seluruh sistem tidak boleh lebih dari 5 Ohm.