Semakin pesatnya perkembangan dalam dunia telekomunikasi menyebabkan banyaknya tindak kriminal dalam dunia telekomunikasi, salah satunya penyalahgunaan frekuensi. Oleh sebab itu, dikenal sebuah tindakan yang berguna untuk mendeteksi penyalahgunaan frekuensi yang disebut pendeteksian sinyal triangulasi. Kewenangan pendeteksian sinyal untuk wilayah Makassar hanya dimandatkan kepada Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Makassar.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan mempelajari metode yang digunakan dalam pendeteksian sinyal triangulasi, yang digunakan Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Makassar. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter dalam menentukan sebuah pemancar illegal maupun legal (sesuai peraturan atau tidak). Sehubungan dengan itu, penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data yang berasal dari Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Makassar yang didapatkan di lapangan.
Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Makassar dalam melaksanakan tugas pendeteksiannya menggunakan sebuah aplikasi buatan Jerman yang disebut R&S ARGUS software. R&S ARGUS mengaplikasikan sebuah metode yang disebut Time Difference of Arrival (TDOA). Metode Time Difference of Arrival (TDOA) merupakan metode yang menggunakan beberapa sensor pendeteksi untuk menghitung perbedaan waktu untuk sampai kepada pemancar. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa metode yang diaplikasi R&S ARGUS software oleh Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Makassar untuk mendeteksi sinyal yaitu metode TDOA. Adapun parameter dalam menentukan pemancar illegal maupun legal yaitu berdasarkan peraturan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.