RINGKASAN

Keseimbangan daya antara kebutuhan beban dengan kapasitas dari sisi pembangkitan merupakan salah satu parameter dari kestabilan operasi sistem tenaga listrik. Namun dalam pengoperasian sistem tenaga listrik akan selalu terjadi perubahan beban sehingga pembangkit perlu menyesuaikan daya keluarannya agar sistem tenaga listrik tetap terjaga. Penambahan beban yang tidak disertai dengan peningkatan dari sisi pembangkitan dapat menyebabkan frekuensi menurun. Apabila ini tidak cepat ditanggulangi akan menyebabkan padamnya sistem tenaga listrik (blackout) secara total.
Salah satu metode yang diterapkan oleh PT. PLN (persero) untuk mengatasi penurunan frekuensi yaitu pelepasan beban (load shedding). Pelepasan beban (load shedding) itu sendiri merupakan suatu tindakan yang mengizinkan adanya beberapa beban keluar dari sistem sehingga menghasilkan kestabilan sistem tenaga listrik. Dengan tujuan adalah untuk menyeimbangkan daya suplai yang masuk ke sistem dengan daya yang dibutuhkan beban pada sistem, mencegah kelebihan beban atau blackout pada sistem tenaga listrik. Penurunan frekuensi dideteksi oleh under frequency relay (UFR) yang terpasang pada penyulang dan digunakan untuk melepas beban secara bertahap.
Pada sistem tenaga listrik Gardu Induk Panakkukang batas UFR atau skema pelepasan beban yang digunakan yaitu 48,50-48,30 Hz. Simulasi pelepasan beban pada ETAP yang dilakukan dengan skenario lepasnya suplai Line Tello #2 dengan besar daya yang hilang sebesar 35,857 MW sehingga menyebabkan Line Tello #1 menanggung beban yang awalnya disuplai oleh Line Tello #2 mengakibatkan frekuensi pada sistem semakin lama semakin menurun hingga 48,30 Hz. Dengan keadaan seperti ini maka UFR secara bertahap yang dipasang pada penyulang bekerja dan membuat frekuensi naik dan stabil keposisi normal pada frekuensi 50,1 Hz dengan waktu pemulihan adalah 5,15 detik dengan total beban yang dilepas yaitu sebesar 34,90 MW.