Kemacetan yang terjadi di Kota Makassar sudah biasa terjadi pada beberapa titik lokasi. Salah satu titik dengan tingkat kemacetan yang cukup parah yaitu pada simpang a.pettarani-tol reformasi. Adanya proyek pembangunan tol layang membuat ditutupnya sebagian akses jalan dan mempersempit lebar jalan sehingga pengendara sepeda motor melakukan berbagai perilaku untuk mempersingkat waktu perjalanannya tanpa memperhatikan keselamatan dirinya.Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa perilaku pengendara terhadap kemacetan dan membuat simulasi lalu lintas serta membandingkan dimensi ruang yang ada untuk melakukan manuver di jalan yang macet berdasarkan kondisi nyata di lokasi dan dari perencanaan. Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan metode pembagian kuesioner dan survei volume kendaraan langsung di lokasi penelitian. Data yang diperoleh diolah menggunakan aplikasi SPSS Versi 25 untuk menghasilkan persamaan regresi dan menggunakan aplikasi PTV Vissim 9 untuk membuat simulasi lalu lintas dan mengetahui dimensi ruang yang ada dalam melakukan manuver. Variabel yang terdapat di dalam kuesioner yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel yang di uji memiliki pengaruh terhadap perilaku pengendara. Variabel bebas terdiri dari latar belakang pengemudi sebesar 0,007, kondisi emosional pengemudi sebesar 0,015, cara memperoleh sim sebesar 0,058, kondisi jalan sebesar 0,756, dan tingkat kepuasan pembangunan tol layang sebesar 0,486 sedangkan variabel terikat adalah perilaku pengendara, Variabel latar belakang dan kondisi emosional pengemudi adalah faktor yang paling dominan penyebab utama buruknya perilaku pengendara dengan nilai correlatin signifikan sebesar 0,007 dan 0,015. Jarak pandang mendahului perencanaan jalan perkotaan, pada kecepatan 20 km/jam adalah 70 m, sedangkan dari hasil simulasi menggunakan software PTV Vissim 9, jarak aman kendaraan saat melakukan manuver atau berpindah lajur (Minimum headway) rata-rata adalah 0,43 m. Hal ini berarti jarak aman kendaraan untuk melakukan manuver tidak sesuai dengan perencanaan. Untuk memperbaiki perilaku pengendara dibutuhkan sosialisasi yang bagi para remaja, memperbaiki peraturan, dan memperketat sanksi sanksi bagi yang melanggar.